“Saya sudah memprediksi kemenangan pasangan nomor urut tiga tersebut, sebab selama ini sosok cawako/cawawako tersebut sudah akrab di mata warga. Apalagi dibanding pasangan lain, kampanyenya cukup gencar. Wajah dan nomor urutnya di tempel dimana-mana mulai dari angkot hingga media massa, sehingga tidak ayal, begitu pemilihan pandangan mata warga langsung tertuju padanya,” ujar Diki salah seorang karyawan bank swasta kepada Padang Ekspres di ruang kerjanya kemarin.
Menurutnya, kemenangan nomor urut tiga, hal yang wajar, apalagi sebagai incumbent, Fauzi Bahar sangat sering menghadiri kegiatan dan acara, sehingga ia lebih dikenal dibandingkan pasangan lainnya. Nilai plus lainnya, tambah Diki, cawawako dari pasangan nomor urut tiga Mahyeldi Ansharullah itu, orang yang telah dikenal dan tokoh partai yang memang dikenal memiliki anggota yang solid.
Ketika di tanya apakah pelaksanaan proses Pilkada yang ditenggarai banyak kecurangan benar-benar adil, ia mengaku tidak tahu pasti. Namun satu hal yang sangat terasa, banyaknya warga yang tidak terdaftar sebagai pemilih merupakan indikasi masih lemahnya kinerja pelaksana Pilkada. Kondisi tersebut memang sangat disayangkan, sebab sebagai Ibukota Provinsi, Kota Padang harusnya menjadi etalase bagi pelaksanaan Pilkada di Kota Padang, namun hal tersebut belum terwujud.
Lain halnya dengan Nurli, pedagang kaki lima di bawah kompleks Matahari, Fase VII Pasar Raya Padang menyatakan secara warga awam, ia menilai kemenangan pasangan tersebut penuh dengan intrik dan strategi .” Apak tu nyo lah walikota dulu, tantulah iyo inyo manang, saketek banyak pengaruh bapak tu masih taraso samo anak buahnyo,” ujar warga Seberang Padang tersebut acuh tak acuh.
Ia sendiri tidak terlalu peduli siapa yang memang dan kalah, sebab ia tidak lagi peduli dengan pemerintahan. Nurli yang telah berdagang selama delapan tahun mengatakan hingga saat ini pemerintah kota tidak memiliki perhatian terhadap pedagang kecil seperti dirinya. Sebaliknya pemerintah terlalu perhatian terhadap pengusaha besar lewat pembangunan mal dan pusat perbelanjaan megah yang makin menekan pertumbuhan perekonomian pedagang kecil seperti dirinya.
Lain halnya dengan Salsa, mahasiswi salah satu PTN terkemuka di Kota Padang menyatakan masih banyak ketidakadailan dalam pemilihan di Kota Padang. “Bicara Pilkada yang adil dan jujur saya rasa masih jauh, meski demikian hal tersebut telah berlangsung. Kita hanya dapat berharap kemenangan tersebut dapat diterima warga Kota Padang. Sebab jika diperpanjang urusan ketidakadilan ini akan memicu pertumpahan darah dan kerusuhan,” ujarnya sambil bergidik.
Di samping itu ia juga berharap agar pemimpin baru juga memperhatikan masalah aliran sesat yang kembali berkembang di Kota Padang. Seperti pelanggaran yang dilakukan Ahmadiyah memasang kembali, merupakan pekerjaan rumah yang harus segera direalisasikan.