Rabu, 05 Maret 2008

Fauzi Bahar Yang Rendah Hati dan Religi

Kepemimpinan Wali Kota Fauzi Bahar memasuki babak akhir periode. Pada 18 Februari ini, Fauzi Bahar bersama Wakil Wali Kota Yusman Kasim genap empat tahun memimpin Kota Padang. Selama itu pula, Fauzi Bahar telah mewarnai ibu kota Provinsi Sumbar ini. Di antara program yang paling menonjol dalam masa kepemimpinan Fauzi Bahar adalah pendidikan keagamaan dan penerapan nilai-nilai Islam, dengan tetap menghormati dan menjaga keberagaman keyakinan di Kota Padang. Setiap pergantian tahun Hijriyah, ia meluncurkan terobosan baru. Pada 1425 Hijriyah, persis awal kepemimpinannya Fauzi memulai dengan langkah berani.

Di saat kepala daerah lain takut melarang judi toto gelap (togel), Fauzi malah tampil memberangus. Berkat dukungan semua lapisan masyarakat, ia berhasil. Tahun berikutnya 1426 Hijriyah (2005) Fauzi meluncurkan program wajib bisa baca tulis Alquran dan Pesantren Ramadhan, dan imbauan berpakaian muslim bagi anak sekolah. Di 1427 Hijriyah (2006), putra Kototangah, Padang ini mencanangkan pengoptimalan zakat untuk memberantas kemiskinan. Berikutnya, 1428 Hijriyah Fauzi mencanangkan Asmaul Husna. Terakhir, ia menggiatkan Subuh Mubarakah. Ketika berbincang dengan koran ini akhir pekan lalu, Fauzi Bahar mengaku bahwa ia memang fokus pada hal-hal yang menyangkut pondasi Sumber Daya Manusia (SDM) itu. Namun, katanya, bukan berarti ia mengabaikan program pembangunan yang lain, ekonomi, infrastruktur dan sebagainya.

"Saya sangat setuju dengan pendapat Gubernur, Pak Gamawan bahwa salah satu yang bisa dijual dari daerah ini adalah SDM-nya. Makanya SDM harus mendapat perhatian serius," kata Fauzi. Alasan berikutnya mengapa ia begitu perhatian terhadap pendidikan keagamaan dan akhlak generasi muda ini, adalah adanya konsep "Foundament-Planning-Out Put". "Orang kebanyakan memulai sesuatu dari planning (perencanaan). Jarang sekali yang memulai dari pondasi. Sebab untuk menyentuh pondasi itu memang sangat sulit karena berhubungan dengan culture, karakter, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya," ujar Fauzi. Menurut suami Mutiawati ini, selama pondasi tidak benar maka mustahil out put (hasil) akan benar. "Makanya saya memberikan perhatian pada pondasi ini. Sekarang anak-anak kita di sekolah telah terbiasa mengucapkan Asmaul Husna, bisa baca tulis Alquran, dan pakaiannya sopan. Mereka juga telah punya pengetahuan keagamaan yang kuat. Ke depan kita akan memetik hasilnya. Memang tidak langsung tampak, karena butuh waktu 15 tahun," tutur Fauzi.

Karena program penerapan nilai-nilai keagamaan begitu populer, terkesan Fauzi Bahar abai terhadap program ekonomi dan program pembangunan sektor lain. Padahal secara strategi pembangunan, pemerintahan Fauzi tetap mengutamakan peningkatan ekonomi dan pengentasan warga miskin. "Untuk memajukan sektor ekonomi, kita harus mendatangkan orang sebanyak-banyaknya ke Kota Padang. Artinya, Padang harus menjadi tujuan. Salah satu yang bisa menjadi daya tarik adalah wisata dan iven teratur. Sektor ini (wisata) jelas akan mendongkrak ekonomi," ungkap Fauzi. Dalam hal ini, Pemko Padang telah menata Pantai Padang dan objek wisata lain, serta menggelar iven tetap "Dragon Boat". Sedangkan untuk pengentasan warga miskin, Pemko Padang juga telah punya sederet program, sebut saja bantuan dana bergulir untuk UKM, gratis biaya pengobatan, gratis biaya akte kelahiran, dan pelatihan-pelatihan bagi calon tenaga kerja. Pemko Padang juga punya terobosan membantu meringankan beban warga miskin ini, yakni zakat. Sejauh ini telah lebih dari Rp2,5 miliar disalurkan ke warga yang kurang beruntung tersebut. "Cuma semua memang belum cukup untuk mengatasi persoalan ekonomi dan kemiskinan yang membelit warga ini. Butuh program terus-menerus dan simultan," tandas Fauzi.

Di balik semua itu, sebenarnya Fauzi punya rencana besar untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Di antaranya adalah rencana pembangunan Padang Bay City, pengembangan kawasan industri di Pelabuhan Teluk Bayur, terowongan Pegambiran-Bungus, pengembangan wisata terpadu Pantai Padang-Pantai Air Manis, dan industri perikanan. Sejauh ini rencana besar tersebut telah mendapat perhatian dari investor.
"Kita butuh dukungan dari masyarakat. Daerah ini perlu investasi besar untuk melakukan lompatan ekonomi," tukasnya. Sekarang hanya tinggal waktu yang tak sampai satu tahun, bagi Fauzi Bahar untuk menyempurnakan semua yang tertinggal. Ia dituntut berlari lebih kencang. Meski begitu, selama memimpin ia telah banyak menorehkan prestasi. Lebih dari 30 penghargaan dan anugerah internasional, nasional, dan lokal salah satu garansinya. "Alhamdulillah, berkat dukungan semua lapisan masyarakat kita bisa meraih yang terbaik. Saya tak akan bisa melakukan apa-apa tanpa dukungan itu, tanpa kebersamaan kita. Semuanya adalah milik dan untuk masyarakat Kota Padang."

Ketua PWI Sumbar Bangga Punya Walikota Fauzi Bahar

Hari Kamis itu, (13/9/2007) warga kota Padang telah mempersiapkan diri untuk memasuki bulan suci Ramadhan 1248 H. Malahan diantara warga masih ada yang melaksanakan balimau untuk membersihkan diri. Hawa bulan puasa telah terasa dengan harum. Warga juga disibukkan dengan mengunjungi keluarga untuk saling bermaafan, supaya dapat menjalan ibadah puasa dengan khusuk. Namun Kamis setelah sholat ashar, bumi kota Padang diguncang gempa bumi berkekuatan 6.3 Skala Rickter, warga berhamburan menyelamatkan diri.

Diantara warga banyak juga yang langsung lari bersama keluarga ke daerah Bypass, Lubuak Minturun, Aie Dingin untuk menyelamatkan diri. Karena kawan tersebut dianggap aman untuk menyelamatkan diri. Sebahagian juga banyak yang bertahan di lingkungan perumahannya. Setelah itu, warga sibuk mencari informasi tentang gempa, semuanya berupaya menghidupkan telepon selular, tapi sinyal tak ada lagi.


Tak lama kemudian muncul issue, bahwa gempa yang mengguncang Padang sangat berpotensi terjadi tsunami. Sejalan dengan itu, ada pula warga yang melihat langsung di Metro TV, Running Teks dan lain sebagainya. Akibatnya, warga menjadi resah, senja mulai menyelimuti dengan kelam. Listrik mati seperti di Perumahan Bungo Bumi Indah (BBI) Rt 04, Rw 01, Rawang Panjang, Kelurahan Bungo Pasang, Koto Tangah.


Warga BBI melaksanakan sholat berjemaah gelap gelapan di Muhalla Al-Kautsar. Setelah itu, diantara mencoba menghidupkan Radio, rupanya langsung terdengar suara Walikota Padang Drs. H. Fauzi Bahar, Msi memberikan informasi untuk warga. “ Hallo warga Kota Padang Saya Walikota Padang Fauzi Bahar supaya tetap tenang, gempa yang terjadi barusan tidak berpotensi tsunami. Pusat gempa di Bengkulu, disebelah Enggano,” tutur Fauzi Bahar.


Kepada warga tetaplah tenang, sambil berdoa dan berzikir. “Saya korbankan Tarwih pada malam pertama ini, saya tetap standby di RRI untuk memberikan informasi untuk warga. Dengarkan terus, “ perintah Wako Padang. Ternyata gempa susulan memang sering terjadi. Warga Kota Padang kebanyakan memutuskan untuk tidak tidur di dalam rumah bersama keluarga, menggelar tikar di depan rumah dan lain sebagainya.


Malam Kamis itu, seluruh warga tetap berjaga-jaga untuk mengantisipasi jika terjadi lagi gempa. Saking lelahnya, setelah sholat subuh, mencoba tidur. Rupanya baru tidur gempa mengguncang lagi. Ada yang pontang panting lari, sebahagian bertahan di lingkungan rumahnya. Sejalan dengan itu, kawasan Bypass dan Lubuk Minturun, serta Anak Aie jadi ramai, untuk menyelamatkan diri.


Walikota Padang memang standby di RRI, untuk itu Ketua PWI Sumbar Ir. Basril Basyar (BB) dan Ketua KNPI Sumbar mendatangi RRI Jumat dini hari untuk mengucapkan terima kasih dan bangga terhadap Walikota Padang Drs. H. Fauzi Bahar, MSi yang selalu standby di RRI untuk mengamankan warga Kota Padang. Sehingga upaya yang dilakukan Walikota Padang cukup memberikan ketentraman bagi warga.


Malahan pengurus masjid dan mushlalla di kota tercinta ini, menyambungkan siaran langsung Walikota Padang melalui pengeras suara masjid dan mushalla. Tujuannya supaya seluruh warga mendengarkan suara Walikota Fauzi Bahar. Pertanyaan warga langsung dijawab dengan tegas oleh Walikota Padang. Termasuk berbagai issue yang ditanyakan warga. Wako malah menjelaskan, semua itu bohong.

SANG IDOLA

Di bawah kepemimpinannya, wajah Padang banyak berubah. Judi diberantas, jilbab diwajibkan, dan Asma’ul Husna dilantunkan setiap hari. Setiap gebrakannya dimulai pada 1 Muharram.

Pemandangan tak biasa itu terjadi di sebuah masjid di sudut Jakarta. Persis di depan mimbar, seorang pria berbalut baju safari hitam duduk bersila. Kepalanya tertunduk, mulutnya bergerak, seperti melafadzkan sesuatu. Tak lama kemudian, kumandang azan Maghrib terdengar. Selesai azan, ia segera berdiri, diikuti sekitar 20 orang yang bergerak maju mengisi barisan solat terdepan. Seperti dikomando, beberapa orang mempersilakan pria berbadan tegap tersebut memimpin solat.

Sang imam bukan orang sembarangan. Ia adalah Wali Kota Padang Drs Fauzi Bahar, M.Si. Tak banyak pejabat negara seperti Fauzi, yang mau menunggu datangnya waktu solat dengan duduk di masjid.

Kelahiran Padang, 16 Agustus 1962 itu dikenal sebagai pemimpin religius. Sejak terpilih menjadi Wali Kota pada 2003, ia melakukan berbagai gebrakan bernuansa agama dan moral. Dan Fauzi selalu menjadikan 1 Muharram sebagai momentumnya.

Pada 2004, mantan anggota Pasukan Katak TNI AL itu, meluncurkan program pemberantasan judi, bertepatan dengan1 Muharram 1425 H. Fauzi prihatin dengan praktek perjudian yang sudah menyebar luas di masyarakat. “Padahal Padang dikenal sebagai kota yang kuat Islamnya,” kata Fauzi, gusar. Ia kemudian memberantas kegiatan haram itu, tanpa pandang bulu. Hasilnya memuaskan. Omset judi yang bisa mencapai Rp 80 milyar setahun, turun drastis sejak Pemerintah Kota Padang memberangusnya. “Saya akan terus memberantas judi sampai ke akar-akarnya,” tekad Fauzi.

Tahun 2005, Pemkot Padang mewajibkan pelajar sekolah dasar hingga SMU mengenakan pakaian muslim. Para siswi memakai rok panjang, baju lengan panjang, serta berjilbab untuk menutupi kepala. Sementara para siswa mengenakan baju dan celana panjang.

Kewajiban mengenakan pakaian muslim itu berdasarkan Instruksi Wali Kota Padang Nomor 451.411 Tahun 2005. Instruksi itu merupakan terjemahan dari Perda Anti-Maksiat yang telah disahkan oleh DPRD dan Pemerintah Kota Padang. Fauzi mencanangkan program itu tepat pada 1 Muharram 1426 H.

Kewajiban memakai pakaian muslim di sekolah memiliki dampak positif. “Kalau untuk kota Padang, saya jamin banyak positifnya daripada negatifnya, karena sesuai budaya kami,” ujar pensiunan Letkol Laut itu.

Masih menurut Fauzi Bahar, pakaian muslim yang serba panjang bukan hanya untuk menjalankan syariat Islam, melainkan juga sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit menular. Pakaian muslim dapat mencegah penularan penyakit demam berdarah di kalangan pelajar.

Logikanya begini: nyamuk aedes aeghepty, yang menularkan demam ber­darah, menggigit dari jam tujuh pagi hing­ga jam lima sore. Pada jam-jam tersebut, para siswa sedang konsentrasi bersekolah. “Mereka lupa kalau kaki, lengan, atau leher mereka digigit nyamuk,” kata Fau­zi. Ketika semua anak memakai baju dan celana panjang serta jilbab, tiada lagi tempat untuk digigit nyamuk.” Sehingga, busana muslim memproteksi anak kita dari gigitan nyamuk,” tambah Fauzi.

Setahun berselang, Fauzi menyanangkan Pesantren Ramadhan setiap Bulan Suci tiba, tepat pada 1 Muharram 1427 H. Ia juga menggairahkan Didikan Subuh dan Wirid Remaja di kalangan siswa sekolah dasar hingga menengah atas. Jadi, sudah bukan hal asing lagi bagi para siswa untuk bangun pagi-pagi melaksanakan solat subuh berjamaah diteruskan dengan tadarus Al-Qur’an atau tausiyah keagamaan, setiap pekannya.

Pada 2007, ia menggerakkan warganya untuk menghapal Asma’ul Husna. Lagi-lagi, untuk itu, ia menggunakan momentum 1 Muharram. Pada tahun itu juga, diadakan acara kolosal: lomba menghapal Asma’ul Husna. Diikuti 10.000 orang dan berhadiah sebuah mobil. Kini, kumandang Asma’ul Husna tak lagi asing di telinga masyarakat Padang. “Tiga dari lima orang Padang pasti hapal,” ujar lulusan S1 IKIP Padang, 1986, itu.

Asmaul Husna juga berkumandang di acara-acara resmi. Sebut misalnya saat diselenggarakannya Kongres Zakat Asia Tenggara II yang dibuka secara resmi oleh Menko Kesra Bachtiar Chamsyah. Di Alun-alun Imam Bonjol Padang 30 Oktober lalu, ribuan penghapal Asmaul Husna yang terdiri dari kaum ibu, kaum bapak serta anak-anak, melantunkannya dengan fasih.

Tak hanya itu, penerima penghargaan Kepemudaan PBB dari Asia Tenggara 2005 itu pun menggerakkan warga Padang untuk membayar zakat. Ketika baru menjabat, dana zakat yang berhasil dihimpunnya hanya Rp 72 juta. Setelah digerakkan dengan melibatkan ulama, pencapaian dana zakat melonjak tajam hingga 1.400 persen alias terkumpul dana Rp 1 milyar. ‘’Alhamdulillah, tahun 2007 ini dana zakat yang bisa dihimpun mencapai Rp 2 milyar,’’ ungkap Fauzi.

Meningkatkan kualitas beragama memang menjadi salah satu programnya. Ia beranggapan, pembangunan rohani tak kalah penting dengan pembangunan fisik. “Saya yakin, nilai-nilai agama yang kuat akan membuat kita sejahtera,” ujarnya. Ia menyontohkan zakat, yang jika bisa mengumpulkan dana besar, ”Dapat membawa kemaslahatan masyarakat, terutama kaum dhuafa.”

Fauzi mengaku terjun langsung hingga ke lapisan bawah. ‘’Istilahnya, kita ini sedang memandikan kuda, jadi harus turun dan ikut basah. Artinya, kita harus berbasah-basah bersama kuda. Bukan seperti memandikan monyet. Monyet disuruh nyebur ke kolam, talinya yang kita kendalikan,” katanya, sedikit bertamsil.

Bila prinsip memandikan kuda itu dilakukan dengan baik, maka tak ada istilah “pemimpin untung rakyat buntung.” “Mereka sama-sama berjuang untuk kemaslahatan bersama,” ujar Fauzi dengan semangat